Buah Kesabaran

Ia bernama Lidia Hastuti, salah seorang pelajar di SMA Bukit Aksara. Memiliki Wajah yang sangat cantik, kulitnya putih dan halus, serta rambutnya panjang terurai, tapi semua itu tak pernah ia perlihatkan kepada yang bukan mahram, ia selalu menutupnya dengan hijab dan pakaian syari yang selalu ia kenakan.

Ia tinggal di sebuah rumah sederhana, bersama ayah dan ibu serta seorang kakak lelakinya dekat dengan perbukitan.


Ia berusia 18 tahun, dan baru lulus dari bangku SMA. Semua kawan kawannya mulai sibuk dengan persiapan tes masuk Perguruan Tinggi. Mereka melakukan persiapan dengan berbagai cara, mulai dengan ikut Bimbel ataupun belajar mandiri.

Pendaftaran dilakukan secara online, banyak dari teman Lidia sudah mendaftar seperti Santi, Alia, Raihan dan lainnya.

Sebenarnya Lidia sangat ingin kuliah, apalagi termasuk siswa yang pintar dan berprestasi. Namun niat tersebut ia urungkan karena mengingat penghasilan orang tua yang tak seberapa.Lidiapun sudah merasa pesimis dengan nasibnya yang hanya sampai berijazah SMA.

"Lid, ayo kita daftar sama- sama, besok hari terakhir pendaftaran". kata Indah pada Lidia suatu hari. Lidia hanya tersenyum simpul mendengar ajakan dari kawannya itu. Ia hanya menghela nafas panjang dan mulai berbicara, terrlihat ada keresahan yang mendalam yang menyelimuti relung hatinya.

" Sebenarnya saya sangat ingin melanjutkan kuliah In, tapi.... ayahku tak mengizinkannya" ujar Lidia pada Indah dengan mata berkaca kaca. " Kenapa Lid, kenapa kamu nggak bujuk ayahmu?", kata Indah polos

"ayahku tidak mempunyai biaya untuk membiayai kuliahku. Bahkan orang tuaku ingin menjodohkanku dengan seseorang yang tak kusukai". Ucap Lidia lagi.

"Whatt..???., ucap Indah dengan nada terkejut.

"Iya, kalau alasan pertama aku terima aja In, Nah untuk alasan kedua, nggak banget deh, tapi aku bingung gimana cara nolaknya" ujar Lidia lagi.

Indah hanya terdiam seribu bahasa mendengar curhatan teman kesayangannya itu. Ia bergumam dalam hati kalau seandainya ada di posisi Lidia apa yang ia lakukanb pasti galau banget.

Sesampai dirumah Indah bercerita kepada orang tuanya perihal yang di hadapi oleh temannya. Ayah Indah yang kebetulan seorang guru sangat bersimpatik terhadap cerita Lidia, dan berniat ingin membantunya.

Tetapi masih bingung bagaimana caranya. Setelah berfikir sejenak ia ingin membantu dengan melakukan pendekatan dengan ayah Lidia dengan memberikan pemahaman yang dapat dimengerti oleh pak Razak yang lulusan SMP tentang keinginan anaknya yang ingin pendidikan di Perguruan Tinggi.

Dengan susah payah pak Imran meyakinkan Pak Razak supaya mengizinkan anaknya kuliah atau paling tidak untuk mengetahui kemampuan anaknya dalam mengikuti tes masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Setelah negosiasi yang panjang akhirnya ayah Lidia menyetujuinya.
---
Setelah mendaftarkan melalui online dan mentransfer uang pendaftaran melalui bank yang telah di tentukan, tibalah proses ujiannya. Ujian di lakukan secara lansung.

Pak Iman beserta keluarganya mengantarkan anaknya Indah untuk mengikuti tes, tak terkecuali Lidia ikut bersama mereka menuju kampus yang telah di tentukan.

Pak Iman mencari penginapan yang nyaman untuk bermalam, karena tes masuknya besok. Indah dan Lidia sangat senang sekaligus deg degan karena akan mereka akan mengikut tes besok, tempat ujian mereka sama karena mereka memilih jurusan yang sama.

Hari berganti, tibalah hari yang sangat mendebarkan, pengumumannya akan di siarkan melalui media massa. Indah dan Lidia serta ribuan peserta lainnya yang mengikuti tes harap harap cemas menanti pengumumannya.

Setelah membeli koran dari sebuah kios di pinggir jalan, mereka memilih tempat rilex yang nyaman untuk melihat pengumuman, mereka memilih Jambo Blang Caffe karena suasananya sangat nyaman. Mereka memesan 2 gelas es teh manis serta 2 porsi mie goreng.

Setelah menghabiskan makanan dan minuman, merekapun membaca pengumuman.

Setelah melihat pengumuman mereka terlihat sangat kegirangan, mereka seolah tak percaya dengan apa yang dilihat. Keinginan mereka akhirnya tercapai berkat usaha dan kerja keras mereka dalam belajar, keduanya lulus pada jurusan yang sama. mereka saling berpelukan erat, dan segera pulang untuk memberi tahu orang tuanya.

Akhirnya Lidia melanjutkan kuliah, ia tidak jadi menikah dengan laki laki kaya yang cacat pilihan ayahnya.

Karena Lidia termasuk katagori mahasiswa kurang mampu maka pihak kampus memberikan beasiswa Bidikmisi kepadanya. Lidia sangat bersyukur, dan berterima kasih kepada Indah dan keluarganya.

Lidia kuliah seperti mahasiswa mahasiswa yang lain, bahkan dari beasiswanya ia mampu menghidupi dirinya serta berhasil menabung. Hasil tabungannya ia bisa membeli sebuah sepeda motor.
---
[ ] Pada semester V ia berkenalan dengan seorang laki laki yang berasal dari satu daerah bernama Marwan, Marwan merupakan kakak leting Lidia dari SD yang kini sedang kuliah S2 di Malaysia. Dua bulan berkenalan mereka lansung menikah dan sudah mempunya anak satu. Setelah itu Lidia ke Malaysia mendampingi suaminya tanpa melanjutkan kuliah.

[ ] Sementara itu Indah berhasil menyelesaikan studinya tepat waktu. Dua bulan setelah di wisuda ia mengikuti tes seleksi CPNS , Ia berhasil lulus dengan capaian grade tertinggi. Indah sekarang sudah menjadi seorang guru PNS di salah satu kab/kota, dan bulan depan ia akan di lamar oleh Zainuddin cinta pertamanya.
----




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lelaki berdasi part-1

Perjalanan Tanpa Batas (2)

BERBAGI PENGALAMAN DALAM MENERBITKAN BUKU