Kenangan Terindah

Setelah menunggu beberapa saat, sebuah minibus berhenti tepat di hadapan Rina.
"Mau kemana dek?, tanya pak sopir dari dalam mobil. "Banda bang", jawab Rina lugas.

Pak Sopir segera berlari dan membukakan pintu.

"Silahkan..masuk dek", ujar pak sopir lagi dengan ramah.

Rina menaiki mobil dan menduduki bangku yang tersisa di belakang sopir.

Ia duduk di bangku paling kiri, sementara di tengah ia biarkan kosong. Sedangkan di sebelah kanan ada seorang ibu dengan bayi yang berusia sekitar satu tahun setengah.

Bayinya sangat cantik dan sedang tertidur lelap di pangkuan ibunya.

Rina menoleh ke arah bayi dan ibunya. Ibunya hanya tersenyum sambil mengibas ngibas bayinya agar tidak terbangun.

Rina bergumam dalam hati, "masyaallah cantik sekali bayi ini, seandainya aku punya bayi, sudah seumuran dia". Batin Rina bergejolak.

"Astaghfirullah al adhim, ngomong apa sih aku ini, mungkin ini Allah kasih yang terbaik untukku".

Rina segera menyadarkan diri dan membereskan letak tas jinjing dan map folio di depannya.

Sela beberapa menit, dari jauh terlihat seorang calon penumpang laki laki melambaikan tangan, pak sopir menghentikan mobilnya. Rina bergeser kesebelah tengah. Penumpang itu naik dan duduk di sebelah kiri Rina.

Dalam hati Rina berbisik lagi, seandainya abang masih ada tentu abang yang duduk di sampingku.

Setelah sampai di terminal Sigli, dua orang penumpang dari turun, lelaki yang duduk di samping Rina izin turun dan memilih duduk di bangku belakang yang telah kosong bersama dengan penumpang laki laki yang lain.

Rina tersenyum pada lelaki itu, ternyata lelaki itu mengerti atas ketidaknyamanan Rina. Rina lega, ia tidak terlalu lama bersentuhan siku atau badan dengan lelaki yang bukan suaminya.

Sebenarnya ia sangat jenuh, ia sudah tak terbiasa berpergian seorang diri semenjak menikah, biasanya suaminya selalu memanjakan dengan mengantar kemana ada keperluan. Namun hari ini siap ataupun tidak ia harus pergi.

Mobil melaju dengan perlahan, melintasi perbukitan dan penggunungan Seulawah. Iringin musik sendu dari mbak Betharia Sonata dkk mengiringi perjalanan Rina. ia hanya terdiam. mendesah sambil memenjamkan mata, bibirnya komat kamit mengikuti irama lagu, seolah ia mengenang kembali kisah perjalanan cinta bersama sang suami.

"Adek turun di mana?", kata pak sopir membuyarkan lamunan Rina, "Beurawe, bang" , jawab Rina spontan sembari mengucek matanya, lalu mengemas barang barangnya agar tak tertinggal, termasuk map berkas surat kematian suaminya.

#Fiksi mini
#iInongliterasi
#Inongacehteumeleh
#Belajarmenulisfiksi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lelaki berdasi part-1

Perjalanan Tanpa Batas (2)

BERBAGI PENGALAMAN DALAM MENERBITKAN BUKU