Apa Salah Ibuku

#fiksi(9)
#cerpen
#inongliterasi

Apa Salah ibuku

Tangisannya pecah setelah ia membukakan pintu kepadaku, telah lama kami tidak bertemu, sekitar lima tahun yang lalu, kini wajah cantiknya memucat, ada rona kesedihan yang mendalam terlihat dari wajahnya.

Matanya menerawang menatap kosong kedepan. Ia terlihat sangat rapuh dan badannya sangat kurus.

Banyak duka yang di alami selama ini, hidup pas pasan dengan tiga orang anak yang mulai beranjak remaja. Suaminya berprofesi sebagai guru PNS, sedangkan dia hanya seorang IRT.

Kehidupannya yang bahagia kandas selama beberapa tahun belakangan ini. Semenjak suaminya berselingkuh dan menikah siri dengan teman seprofesinya yang satu sekolah.

Sebenarnya isu miring tentang suaminya sudah lama berhembus, tetapi ia tidak mempercayainya, ia menganggap suaminya orang yang baik yang tak mungkin mengkhianatinya, apalagi ia sudah memberinya tiga anak yang parasnya sangat cantik dan ganteng.
Tidak mungkin suaminya membuat malu keluarga besarnya, almarhum ayah mertuanya orang yang berpengaruh dan di kenal banyak orang, serta sangat di hormati di kampungnya.

Tetapi apa daya, semua yang orang katakan benar adanya, bahkan sekarang suaminya sudah menikah siri dengan perempuan itu.

Dia tidak menyangka semua akan terjadi pada dirinya. Hampir saja ia frustasi karenanya, kalau tidak mengingat putra putrinya.

Yang paling menyakitkan tidak ada dari keluarga suaminya yang mendukungnya, malah hampir semua menyalahkannya, dan menganggapnya sebagai wanita yang tak tau terima kasih.

Padahal selama ini ia sudah berusaha membantu suaminya dengan tulus, ia rela membanting tulang membiayai rumah tangganya, bahkan mau bekerja sebagai buruh cuci pakaian orang lain.
--
Anak anak sangat terpukul mendengar ibunya di maki maki oleh suami dan keluarga besarnya.

Kemarin ada acara keluarga, semua keluarga suaminya berkumpul, tetapi suaminya tidak ada di tempat itu, Nadia panik dan selalu menanyakan ayahnya, ia begitu dekat dengan ayahnya, dan sejak kemarin sore ayahnya menghilang. Ia merasa khawatir tentang keberadaan ayahn dan sudah menelponnya tetapi telponnya tak terjawab. Nadia berusaha mencari keberadaan ayahnya, termasuk ke tempat ayah bekerja, tetapi ayahnya tak kunjung ditemukan.

Tiba tiba ayahnya nongol, Nadia langsung mendekati ayahnya sambil berkata

"Ayah dari mana, kenapa semalam tidak pulang" Nadia mulai mengintrogasi ayahnya. Ayahnya mengatakan sibuk di sekolah, "tapi Nadia sudah mencari ayah di sekolah, tetapi tidak ada orang, dan pintu pagarnya terkunci" Nadia menimpali, di luar dugaan muka ayahnya lansung berubah dan sangat marah kepada Nadia.

dan cek cok mulut antara anak dan ayah terjadi. Paman, Tante nenek dan keluarga lain juga marah, mereka menganggap Nadia terlalu lancang ikut campur urusan ayahnya. bagi mereka Nadia masih kecil.


Nadia merasa dirinya sudah besar, dan sudah berkewajiban untuk membela ibunya. Nadia anak kedua dari tiga bersaudara. Nadia tidak mau dianggap sebagai anak salah didikan seperti yang di sudutkan oleh Tante dan keluarga besarnya. Nadia sangat tersinggung mendengarnya karena mereka menganggap ibu lina mamanya Nadia sudah salah dalam mendidiknya.

"Sakit sekali hatiku mendengar mereka mengataiku, didikan yang bagaimana yang mereka harapkan, siapa yang berhak mendidik anak, ibu atau ayahnya" ucap Nadia lagi, jangan salahkan anak ketika mereka membela ibunya. Nadia ingin ibunya di hargai, apalagi ibunya sebatang kara, ibunya bukan sampah, yang habis manis sepah di buang.
Paling tidak ayahnya berbuat baik sedikit kepada ibu mereka.

Saya hanya ingin membela ibu, kenapa saya yang di bully dan di serang oleh keluarga ayah saya. "Semua menyerang saya, tak ada yang membela saya" ucap Nadia dengan air mata yang berderai membasahi wajah imutnya. Aku berusaha menenangkannya, gadis remaja yang baru duduk di bangku SMA kelas satu itu sangat terpukul, ia tidak pernah menyangka akan bernasib malang. Sejak ayahnya berhubungan dengan wanita itu.
---






Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR, BELAJAR, BELAJAR MENULISKAN BUKU

Lelaki berdasi part-1

Perjalanan Tanpa Batas (2)