Mata Pancing


#fiksimini(9)
#challingeIL
#InongLiterasi
#cerpen

Mata Pancing

"Rima...jaga dirimu baik baik, abang akan mulai melaut malam ini".

"Pamit Nadi pada istrinya Rima Anggraini, istrinya mengangguk dan mengantarkan Mata Lelaki usia 35 tahun itu berkaca kaca, sudah lama tak meninggalkan istrinya, apalagi kandungan istrinya sudah memasuki usia delapan bulan. Ia menitipkan istrinya pada ibunya yang baru tadi siang sampai dari Bireun.

Nadi harus pergi malam ini, sejak perusahaan tambang pasir tempat ia bekerja ditutup, ia tidak mempunyai pekerjaan lagi, tabungannya semakin menipis, sementara kebutuhan keluarga tiap hari semakin bertambah, apalagi sebentar lagi istrinya akan melahirkan.

Tawaran melaut ia peroleh dari sahabat kecilnya Imran, kala itu Nadi menanyakan pekerjaan kepada Imran sewaktu nongkrong di warung pak Mus. setelah meminta pendapat dari istri tawaran Imranpun ia terima, walau sempat terjadi konflik batin dalam dirinya. Akhirnya malam ini ia memutuskan melaut kembali, pekerjaan yang sudah lama ia tinggalkan.

Boat keluar dari kuala, malam ini laut begitu tenang, angin semilir mulai merasuki tulang, boat yang membawa Nadi dan Imran mengarungi lautan menembus kegelapan malam. Sesampai di tengah laut tetiba timbul angin kencang, gelombang datang menghentak hentakkan boat mereka. Boat mereka terombang ambing puluhan mil dari pantai.

Nadi berusaha bersikap tenang dan tabah ia pasrah dengan nasibnya, sembari terus berdoa semoga dijauhkan dari bala dan marabahaya. Ia tahu tentang resiko yang dihadapi oleh pelaut.

Satu jam kemudian laut mulai tenang kembali, mereka menghidupkan mesin boat kembali. Nadi mulai melemparkan kailnya. Setengah jam menunggu belum terlihat ada ikan yang menyapa.

Waktu memasuki sepertiga malam
Kail milik Nadi mulai bergerak seperti ada yang menarik narik, tarikannya semakin lama semakin kencang. Nadi mulai menarik mata kailnya. profesi yang dilakoninya dulu sejak berusia belia.

"Straik...."ia menarik kail yang panjangnya sekitar dua ratus meter dari bawah laut. "mudah mudahan aku bawa rezeki buat istri dan calon anakku malam ini" gumam Nadi dalam hati sambil terus melilitkan tali pancingannya. Ia merasa kewalahan dan meminta sahabatnya Imran untuk menarik mata pancingnya. Di bawah temaram cahaya bulan nampak seekor tuna berukuran 30 kilogram sedang meronta ronta di pancingan milik Nadi" "Alhamdulillah", ucap Nadi dengan mata berbinar seraya mengangkat tuna ke dalam speecboat mereka.
---


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR, BELAJAR, BELAJAR MENULISKAN BUKU

Lelaki berdasi part-1

Perjalanan Tanpa Batas (2)