Fokus

#fiksimini
#cerpen
#inongliterasi

Fokus pada Pekerjaan

"Bagaimana buk, apa semua guru hadir hari ini?" Tanya Pak Samsul kepada piket yang bertugas. Beliau terlihat ramah tapi tegas, gezagnya terpancar, Semua guru segan terhadapnya karena sikap dan prilakunya yang menawan. Berperawakan tinggi besar berdiri di depan mading pagi itu, matanya yang tajam melihat ke roster pelajaran yang tertempel.

"Lengkap pak, Semua hadir" Jawab Buk Nida, yang baru pulang memantau kelas. Beberapa guru masih stanby di ruangan guru sambil menyiapkan berkas administrasi pembelajaran sembari menunggu pergantian jam pelajaran.

"Ibu tidak sedang berbohong sama saya?, itu tu....belum ada guru... anak anak masih berkeliaran di luar", ujar bapak Samsul sambil menunjuk ke arah kelas V.5, membuat buk Nida terperanjat.

Kelas V.5 luput dari pantauannya karena jauh dari kantor, lagi pula tadi beliau sempat berpapasan dengan ibu Siti, guru yang mengajar di kelas itu.

Buk Nida berusaha bersikap tenang, Beberapa hari ini bapak begitu intens mengecek kehadiran guru. Beliau sangat marah apabila gurunya sering alpa, atau lebih mementingkan kegiatan lain daripada mengajar. "Semuanya hadir pak, tadi saya sudah cek, ibu Siti juga ada" jawab Buk Nida memberi penjelasan.

Ibu Nida segera merapat ke kelas yang dimaksud pak Samsul. Di kelas V.5 suasana memang sangat gaduh, anak masih main kejar kejaran di luar, ada juga yang bermain bola dan kelereng. Sesekali terdengar suara ibu Siti memberi arahan kepada siswa sambil tangannya terus menulis sesuatu di buku agenda.

Buk Nida mengetuk pintu dan mengucapkan salam, "Assalamu'alaikum" ucap bu Nida yang dijawab serentak oleh anak anak dan ibu Siti "Wa'alaikum salam".
Ibu Siti menjadi salah tingkah dan merasa malu dengan kehadiran bu Nida di kelasnya, guru muda yang baru setahun lulus Pegawai Negeri.

Tanpa mendengar aba aba, anak anak lansung membereskan mainan mereka serta duduk kembali pada tempatnya dengan rapi. Semuanya diam, keadaan menjadi tenang kembali. Kemudian ibu Nida meminta ibu Siti menghadap Kepsek setelah pembelajaran selesai.

"Sudah berkali kali saya peringatkan, jadikan mengajar itu sebagai prioritas utama kita dan terus tingkatkan kompetensi ibu dalam mengajar, atau sekarang saya ajukan dua pilihan, tetap mengajar di sekolah ini atau saya mutasikan ibu ke sekolah lain", kata kata Pak Samsul seperti halilintar di tengah hari, begitu sakit bagai tertusuk duri. Ibu Siti terdiam mendengar omelan dari pak Samsul kepala sekolahnya, mulutnya terkunci, Ibu Siti tidak bisa berbuat apa apa, dan segera menyadari semua kesalahannya yang lebih mengutamakan pekerjaan lain dari tugasnya sebagai guru, dan beliau berjanji akan berubah agar tidak dimutasikan ke tempat lain, apalagi tiga tahun lagi akan memasuki masa pensiun.

----

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BELAJAR, BELAJAR, BELAJAR MENULISKAN BUKU

Lelaki berdasi part-1

Perjalanan Tanpa Batas (2)